PARA pengguna pesawat saat ini sedang
tersita perhatiannya dengan kasus temuan CCTV yang merekam kejadian seorang
porter maskapai murah meriah yang paling laris saat ini, sedang membedah isi
tas penumpang yang ketahuan membawa barang berharga. Bermodal sebatang pulpen,
dengan mudah sang porter merobek badan tas penumpang dan mengeluarkan isi di
dalamnya. Mengamankan dengan cekatan sebuah benda kecil, mungkin cincin, mungkin
kalung, atau sejenis barang mahal lainnya ke dalam mulut. Untuk barang yang
lebih besar dan tidak mungkin cukup ditaruh dalam mulut, disimpannya dengan
sangat rapi dan tersembunyi dibalik pakaian.
Semua mata tertuju pada layar televisi
yang menayangkan rekaman tersebut. Pada rekaman berikutnya, sekelompok polisi beraksi
melakukan penangkapan beberapa porter. Rupanya ada beberapa porter yang juga
melakukan aksi serupa namun tidak tertangkap oleh peralatan mata-mata yang
diciptakan Walter Bruch asal Jerman tahun 1945 untuk mengamati peluncuran roket
V-II.
Akan halnya warga Jerman yang begitu
antusias menyaksikan kemajuan teknologi mereka, rakyat Indonesia pun demikian
pula. Menyaksikan betapa durjananya kelakuan para porter yang seharusnya
menjaga barang yang dititipkan pada mereka untuk diurus dengan penuh
tanggungjawab. Jangankan mereka yang bolak-balik bepergian dengan pesawat. Mereka
yang jarang, atau sama sekali belum pernah bepergian dengan pesawat kecuali
hanya sesekali menyempatkan berhenti sejenak di dekat bandara dan mendongak ke
atas ketika kebetulan sebuah pesawat melintas di atas kepalanya, turut pula
menyimak dengan serius berita heboh tersebut.
Entah apa yang ada dibenaknya. Jika
suatu hari kelak mendapat kesempatan naik pesawat itu. Mungkin tak satu
barangpun bakal dititipkan di bagasi. Walau hanya selembar pakaian dalam. Atau
jangan-jangan dia langsung bersumpah dalam hati, tak akan sekalipun mau naik
pesawat dari maskapai itu seumur hidupnya, kecuali digratiskan.
Banyak pula yang berkomentar dan
memaklumi dengan menghubungkan kepantasan sebagai maskapai bertarif murah.
Sehingga pelayanannya jelek. Petugas-petugasnya bergaji rendah dan terpaksa
mencari penghasilan tambahan dari jalur yang tidak wajar. Coba mereka dikasih
gaji tinggi dan memperketat seleksi penerimaan, sehingga yang diterima di
maskapai itu hanyalah mereka yang memang benar-benar berakhlakul karimah.
Lihat saja akhlak mereka yang diterima
di maskapai itu, rata-rata di bawah rata-rata. Bukan cuma pegawai rendahan yang
jadi porter. Mereka yang berada di level tinggi dan biasa berada di ketinggian
atmosfir pun, pernah diterpa berita yang macam-macam. Dan apakah ini memang
sebuah kebetulan, kejadian memalukan ini juga terjadi di maskapai yang, diakui
ataupun tidak, banyak berjasa dengan masyarakat Indonesia dengan tiketnya yang
super terjangkau itu.
Cerita tentang seorang kapten pilot
yang mengumumkan sesuatu lewat pengeras suara di kabin pesawat kepada penumpang
dengan suara yang diselipi desahan-desahan, laiknya seorang suami yang sedang
keenakan dimanja istrinya di malam pengantin, memperpanjang daftar hitam
maskapai ini. Kejadian ini kemudian dilaporkan oleh seorang penumpang dan sempat
menjadi pemberitaan yang menghebohkan. Menurut dugaan, sang pilot dan
pramugarinya ini memang lagi asyik masyuk. Indehoi dalam kondisi pesawat dalam
keadaan stabil di cuaca yang sedang sangat bersahabat dalam penerbangan, memang
jadi sesuatu yang menantang adrenalin.
Pikir sang pilot, dari pada nggak ada
kerjaan, mending ngerjain sesuatu bersama pramugari. Walhasil, konsentrasi yang
harusnya tetap tertambat pada tuas-tuas pengendali pesawat yang jumlahnya tidak
sedikit itu teralihkan ke “tuas” lain yang justru kini dikontrol sepenuhnya
oleh tangan lembut sang pramugari, dengan penuh seksama, dan dalam tempo yang
senikmat-nikmatnya. Dan di luar kesadaran, ketika pada saat yang bersamaan dia
tiba-tiba teringat pula akan kewajibannya mengumumkan sesuatu yang maha penting.
Celakanya, sang pilot sudah tak sanggup lagi mengontrol pitch suaranya dengan
sempurna. Maka yang terucap kemudian justru desahan-desahan yang membawanya
pada ujung kesialan. Dipecat dari pekerjaan karena dilaporkan salah seorang
penumpang.
Belum lagi sederet aib yang dibukukan
maskapai ini oleh polah para pilot dan pramugarinya yang kedapatan berpesta
sabu, di hotel dan di dalam kokpit pesawat. Pada saat pesawat sedang berada di
sela awan. Sungguh menggemaskan kelakuan mereka.
Sebelum prilaku layak sensor ini sempat
menghebohkan jagat pemberitaan di alam nyata maupun di dunia maya, kejadian
serupa juga pernah terjadi. Hampir tidak berjarak jauh dari heboh desahan sang
pilot ini. Sebuah maskapai penerbangan di luar negeri juga dilaporkan
penumpangnya karena pilotnya malah berbuat lebih parah. Mengumumkan iklan
berlabel XXX. Kalau di penerbangan tanah air terbiasa dengan iklan jualan
produk seperti jam tangan, baju, parfum, miniature pesawat maupun aksesoris
lainnya yang dijual dan diumumkan oleh pramugari di tengah penerbangan. Kalau
ini, di maskapai penerbangan luar negeri ini, si pilot malah menawarkan
pramugarinya untuk dinikmati oleh penumpang yang ingin merasakan kehangatan
seksual dari sang pelayan penerbangan. Tempat eksekusinya dimana lagi kalau
bukan di pantri belakangan, kokpit pilot, dan WC pesawat.
Pantas saja, kata seorang yang pernah
ikut menumpang di pesawat ini, ketika dia ingin buang hajat, pintu WC pesawat mendadak
sulit dibuka dan dia pernah mendengar suara-suara aneh dari dalam ruangan kecil
berpenutup bahan dari alumunium tersebut.
Kembali ke cerita pencurian barang
berharga yang dititip di bagasi pesawat. Sesungguhnya ini bukanlah kejadian
baru dan di pesawat yang katanya bertarif murah, dan dipantas-pantaskan dengan
memberikan pelayanan seadanya. Saya pernah mengalaminya justru di pesawat plat
merah. Tarifnya pun tidak biasa. Lumayan menguras isi kantong. Waktu itu
sekitar tahun 2003. Saya pernah melakukan perjalanan cukup jauh dari kampung
saya di Kalimantan menuju ke daerah terujung negeri ini, Jayapura. Maskapai
yang ada saat itu cuma dua yang melayani penerbangan kesana. Kedua-duanya
berplat merah. Dan saya tentu saja memilih yang termurah diantara keduanya.
Mungkin karena selalu lebih murah
dibandingkan maskapai milik BUMN yang satunya, maskapai yang saya tumpangi itu,
sekarang sudah tidak bisa terbang lagi. Sudah bangkrut, tutup dan tidak lagi
melayani penerbangan untuk rute manapun di dunia ini. Anda pasti sudah bisa
menebaknya. Maskapai apakah gerangan yang saya maksud.
Sesuai rutenya, saya terbang di sore
hari dan baru tiba di Sentani Jayapura pagi harinya. Melalui rute-rute transit dari
Banjarmasin menuju ke Surabaya dulu, kemudian melanjutkan ke Ujung Pandang,
Ujung Pandang ke Biak, dari Biak barulah tiba di Bandara Sentani Jayapura pada
pukul 8 pagi. Karena kelelehan, ketika mengambil bagasi saya sama sekali tidak
menyadari tas yang saya titip di bagasi sudah tidak sempurna. Barulah sampai di
rumah kerabat di Jayapura Utara, ketahuan ada salah satu tas yang robek di
bagian dekat resleting. Robeknya tidak terlalu lebar, sehingga tidak ada barang
atau pakaian yang muntah dari dalamnya, kecuali sebuah handphone nokia 3310
yang sebenarnya sudah saya balut sedemikian rupa dan seharusnya aman diantara
susunan pakaian.
Kotaknya masih dalam kondisi terbungkus
rapi. Maklum, itu adalah barang pesanan kerabat yang minta dibelikan di
Banjarmasin yang harganya tentu jauh lebih murah ketimbang di Jayapura. Tapi
ketika saya buka, isi dalamnya telah lenyap. Handphone raib. Saya tidak tahu
apa maksud si tikus bandara itu sampai harus berbaik hati menyisakan hanya
kotaknya. Mestinya, dia mengambil saja seluruhnya agar bisa dijual dengan harga
yang lebih mahal. Atau mungkin dia kelupaan bawa tas kresek saat mencuri, sehingga
agak kerepotan jika harus menyembunyikan handphone beserta dus-nya di balik baju.
Ketika itu Nokia 3310 bukanlah barang
murah. Karenanya saya bertekad mendapatkan kembali barang saya yang hilang. Yang
jelas bukan dengan jalan membelinya lagi. Satu-satunya upaya, ya saya harus
komplain. Sanak kerabat sempat menyarankan untuk tidak usah complain apalagi
lapor polisi, sia-sia kata mereka. Tapi saya tetap berusaha.
Hal pertama yang saya lakukan adalah,
mencari tahu, dimana kantor maskapai terdekat. Setelah tanya kesana kemarin, akhirnya
ketemu di Jl A Yani 15 Gurabesi Jayapura Utara kalau tak salah. Karena tidak terlalu jauh, saya datangi
siang itu juga. Saya minta bertemu dengan pimpinannya. Dipertemukanlah oleh
staf di sana dengan pimpinan mereka yang sungguh baik hati setelah tahu kalau
saya seorang wartawan.
Saya lupa nama beliau. Kalau tak salah
Nasruddin. Orang Ujung Pandang. Saya keluhkan kepadanya, bahwa saya baru saja
kehilangan handphone yang saya letakkan di dalam tas. Bukti tas yang robek dan
kotak Nokia yang disisakan maling ternyata berguna, sebagai barang bukti.
Dengan tidak banyak berkilah, dia berjanji akan mengganti kehilangan barang
saya.
Sambil berbincang-bincang, dia cerita,
kalau kejadian ini bukanlah kejadian yang pertama dialaminya selama bertugas. Dia
mengakui memang banyak porter yang nakal terutama yang bertugas di salah satu bandara
di jalur rute penerbangan dari Surabaya ke Biak. Bukan hanya orang kecil seperti
saya yang pernah mengalaminya. Orang yang menempati jabatan tertinggi di negeri
ini pun pernah juga bernasib serupa. “Dulu, Gusdur (saat masih menjabat sebagai
Presiden RI) pernah kehilangan hanphonenya saat berkunjung ke Jayapura,”
katanya.
Tahun dan tanggal pasti kapan peristiwa
itu terjadi, Nasrudin memang tidak menyampaikannya secara detil. Dan saya pun
ketika itu tidak berusaha mengejarnya dengan pertanyaan-pertanyaan standar
seorang jurnalis. Namun yang pasti seingat saya, peristiwa itu menurut cerita
Nasrudin, terjadi ketika Gusdur masih menjabat sebagai Presiden ke 4 RI, saat
melakukan kunjungan kenegaraan ke Jayapura. Selama menjabat sebagai presiden,
Gusdur memang sempat beberapa kali melakukan kunjungan ke bumi Cenderawasih.
“Anda bayangkan sendiri, bagaimana
sulitnya mengganti handphone beliau. Kami sampai harus memesan langsung ke
pabrik pembuatnya, sebab barangnya limited edition dan hanya dibuatkan khusus
untuk beliau dari pabrikannya,” ujarnya lagi.
Diterangkannya, handphone itu tidak
seperti nokia kebanyakan, karena dibuat khusus untuk membantu memudah Gusdur
berkomunikasi. Dengan rancangan khusus tadi, saya yakin, si pencuri akan
kesulitan menjualnya. Pertama, pengoperasiannya tentu beda, sebab handphone
tersebut sengaja dibuat untuk Gusdur. Kode-kode, tombol, dan segala macamya
pastilah hanya si penggunanya yang tahu. Selain itu, kalau dia menjual, akan
segera terlacak, dan hukumannya pastilah sangat berat.
Saya jadi membayangkan, si pencuri
hanya akan menyimpan saja barang tersebut sampai sekarang, sebagai
kenang-kenangan. Tanpa pernah tahu siapa pemilik handphone unik tersebut. Atau
boleh jadi, setelah si maling, atau si pemegang terakhir handphone misterius
itu membaca tulisan saya ini, baru sadar, kalau handphone yang mungkin saja
sudah diberikan dan hanya dijadikan mainan oleh anaknya ini sangat bernilai,
karena pernah dimiliki seorang presiden. Sampai akhirnya muncul ide brilian, karena
biasa begitu, maling sering dianugerahi otak yang encer. Menjual barang
rongsokan yang ternyata “berlian” itu secara rahasia kepada kolektor dengan
harganya yang tentu saja tidak murah. Dan seratus atau dua ratus tahun yang
akan datang, barang ini di pasar lelang akan di lepas dengan harga yang fantastis
dan diberitakan oleh seluruh media massa di dunia. Bahwa telah terjual sebuah
barang yang sangat antik, langka, tidak pernah dimiliki duanya oleh orang lain
dengan harga yang sangat-sangat fantastis.
Sepanjang yang saya ketahui, dan saya
searching di dunia maya, memang belum pernah ada satupun berita yang menuliskan
tentang kehilangan handphone milik mantan presiden ini. Harusnya saya menuliskannya
saat itu, sebab info ini sangat menarik dan memiliki news value istimewa. Tapi
karena waktu itu saya dibelit urusan yang sangat menyita perhatian, dan di sisi
yang lain, waktu itu saya hanyalah seorang wartawan muda yang belum memiliki
insting kuat sebagai seorang jurnalis, saya akhirnya lalai menuliskannya. Baru
setelah 14 tahun, peristiwa itu teringat sekarang setelah terpicu tayangan CCTV
tentang pencurian barang bagasi oleh sekomplot porter nakal.
Seandainya waktu itu, saat Gusdur masih
menjadi orang nomor satu di negeri ini, informasi itu sempat bocor, saya rasa akan
banyak pihak yang merasa malu. Pertama maskapai yang bersangkutan, kedua Paspampres,
mengapa hanya untuk mengamankan tas dan barang berharga milik presiden kok bisa
kecolongan. Ketiga, mungkin juga, Gusdur telah merelakan barang tersebut hilang
dan tidak memerintahkan untuk mencarinya lagi. Tapi yang jelas, Nasrudin
mengaku telah memesannya dan menggantikannya sesuai dengan spek langsung ke
pabrik asalnya di luar negeri. Dan itu cukup membuat dia mempertaruhkan
segalanya; uang, jabatan dan nama baik. (m ramli arisno)
Artikel yang sama juga bisa dibaca pada: ramliarisno.blogspot.co.id
Artikel yang sama juga bisa dibaca pada: ramliarisno.blogspot.co.id